TifaniAnglila.Com - Saya seorang ibu rumah tangga dengan dua orang putri. Dulu saya pernah bekerja pada sebuah perusahaan ekspedisi selama empat tahun. Namun ketika keluar, saya tidak mendapat pesangon. Gaji terakhir digunakan untuk usaha memberi kredit alat-alat rumah tangga kepada tetangga.
Di awal tahun pertama, uang masih dapat saya putar untuk membeli pesanan barang berikutnya. Tapi karena ketidakdisiplinan saya mengelola uang, sering mencampuradukan dengan keperluan sehari-hari, lambat laun usaha saya tidak berkembang. Apalagi pembayaran angsuran yang tersendat dari para tetangga, membuat modal awal saya jadi tidak jelas.
Saya berniat beralih membuka usaha kelontong atau warung makan di depan rumah, tapi masih ragu, takut tidak dapat mengelola uang dengan baik. Saya ingin membantu suami tapi masih bingung memilih usaha. Kalau saya hanya mengharapkan gaji bulanan suami yang Rp 2 jutaan, tidak cukup.
Kami harus membayar telepon, air dan listrik Rp 300 ribu, upah pembantu rumah tangga Rp 250 ribu, belanja bulanan dan kebutuhan sehari-hari Rp 300 ribu, uang saku suami Rp 300 ribu dan susu anak Rp 150 ribu, per bulan. Itu belum biaya tak terduga. Untuk menabung pun tak bisa, sehingga resiko hasil usaha bakal terpakai untuk kebutuhan sehari-hari sangat besar.
Bagaimana solusinya agar saya bisa berbisnis, tetapi juga mampu mengelola uang dengan baik?
Jawaban
Masalah yang seringkali terjadi pada usaha kecil adalah tercampurnya keuangan rumah tangga dengan keuangan perusahaan, karena tidak ada batasan berapa pemasukan usaha yang bisa diambil untuk kebutuhan rumah tangga. Padahal kebutuhan rumah tangga kalau dituruti tidak pernah ada habisnya. Alhasil pemasukan usaha berapapun besarnya bisa habis kalau terus menerus diambil untuk keperluan rumah tangga.
Jika penghasilan usaha juga menjadi penghasilan rumah tangga, perlu ada pembatasan berapa jumlah penghasilan yang bisa diambil untuk kebutuhan rumah. Anda bisa menetapkan sistem gaji untuk diri sendiri. Dengan menetapkan jumlah tertentu yang bisa diambil tiap bulan dari penghasilan usaha, dapat disamakan Anda menggaji diri sendiri. Besar dan kenaikan gaji juga harus realistis, mengikuti kenaikan penghasilan usaha.
Berganti usaha bisa dilakukan. Namun Anda harus mengetahui dulu perbedaan antara jenis usaha yang akan dipilih. Lakukan penilaian atau analisa sederhana mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing, lalu buatlah rencana untuk memaksimalkan kelebihannya dan mengatasi kekurangannya. Hal ini akan memberi Anda panduan dan motivasi dalam menjalankan usaha apapun.
Selanjutnya barulah persiapkan prasarana dan sarana untuk membuka usahanya. Prasarana adalah segala kemudahan berupa fisik maupun nonfisik sebagai syarat terselenggaranya usaha (dari modal, tempat, perijinan dan karyawan). Sarana adalah berbagai alat-alat untuk melakukan berbagai kegiatan operasional usaha (peralatan dan perlengkapan). Buatlah juga perkiraan berapa modal awal yang diperlukan.
Jangan lupa mencatat segalanya terutama uang masuk dan keluar dalam buku catatan keuangan yang sederhana dan mudah dimengerti, agar Anda tidak kesulitan menjalankannya. Penting sekali menjalankan usaha secara tertib dan membuat laporan keuangan secara rutin, rapi, teratur dan sistematis, yang akan sangat membantu Anda untuk memonitor perkembangan usaha.
Kondisi keuangan keluarga Anda yang pas-pasan, memang mengkhawatirkan. Namun ini janganlah menyurutkan langkah Anda untuk membuka usaha.Ingat, kondisi keuangan keluarga Anda juga tidak akan meningkat jika hanya bergantung pada penghasilan suami. Jadi, walaupun membuka usaha itu berisiko, Anda tetap berkesempatan meningkatkan penghasilan keluarga.
Oleh sebab itu, sebelum mendapatkan penghasilan tambahan dari usaha, usahakan agar pengeluaran keluarga selalu lebih kecil daripada penghasilan agar tidak defisit. Jika usaha yang dijalankan sudah menampakkan hasilnya dan penghasilan keluarga meningkat, barulah Anda mulai berkonsentrasi menabung.
Artikel keren lainnya: