TifaniAnglila.Com - Reh Atemalem sengaja menunda kehamilannya selama dua tahun. Bukannya tidak ingin repot, Rere, begitu panggilan perempuan 28 tahun ini, punya rencana tersendiri untuk bayinya. Selain mempersiapkan kondisi perekonomian, Rere juga mempersiapkan mental dan kondisi fisiknya, terutama asupan gizi terbaik buat sang bayi.
“Buat saya, hamil itu bukan keputusan sendiri, melainkan keputusan saya bersama pasangan, kalau pasangan menganggap bahwa anak itu hanya urusan istri, lebih baik enggak lah ya,” ujar Ibu dari bayi 1 tahun bernama Bening Embun Bumi Putri Fahmi.
Tidak hanya itu, Rere bersusah payah menurunkan berat badannya sebelum hamil guna mencegah terjadinya komplikasi atau gangguan selama kehamilannya nanti. Meski begitu, Rere tidak diet asal-asalan, Ia benar-benar memperhatikan asupan gizinya. Baru ketika hamil, Ia memakan semua makanan, “Karena waktu itu muntah dan sempat turun, makanya saya makan apa saja demi perkembangan janin saya,” kata Rere.
Menurut Dokter Damar Prasmusinto, SpOG (K) dari Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, perempuan yang merencanakan kehamilan harus mempersiapkan dirinya tidak hanya di saat hamil, melainkan pula sebelum hamil.
Sebab kehamilan memberi resiko jangka panjang pada Ibu dan janinnya. Baik atau buruknya persiapan kehamilan akan berdampak pada perkembangan anak hingga si anak dewasa. Menurut Damar, Ibu yang saat hamil kekurangan gizi, atau Malnutrisi akan mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah akan terganggu perkembangan mentalnya, yang menyebabkan anak mengalami keterbelakangan mental. Sehingga anak tidak mampu mengejar pertumbuhan. Tahap berikutnya anak akan menjadi remaja terbelakang, dan juga menjadi orang tua yang terbelakang.
Orang tua yang terbelakang akan sulit memperhatikan kebutuhan gizi untuk anak mereka. Akibatnya, orang tua seperti ini juga akan memiliki bayi dengan berat badan rendah. Maka siklus kekurangan gizi akan kembali terulang. “Ini seperti lingkaran setan, dimana harus diputus rangkaiannya,” kata Damar.
Menurut Damar, tidak semua perempuan pada awal kehamilannya memiliki nutrisi yang baik. Salah satu riset dasar kesehatan memaparkan, perempuan pada awal kehamilan hanya memenuhi nutrisinya dengan 3 zat utama, yaitu, Vitamin A, Vitamin C, dan Iodine. Padahal mereka memerlukan zat lain seperti protein, kalsium, magnesium, zinc, dan sebagainya.
Ada nutrisi yang harus dipenuhi perempuan dari awal kehamilan hingga melahirkan. Yaitu nutrisi untuk kesehatan tulang, pembentukan dan pembekuan darah, metabolisme protein, metabolisme homosistein, pertahanan antioksidan, ekspresi gen, dan metabolisme energi.
Ibu hamil harus memenuhi kebutuhan energi 300 kilokalori perharinya, dan kebutuhan protein 10 kilokalori per hari. Pemenuhan Energi menurut Damar, berguna untuk mempertahankan aktivitas metabolik Ibu, energi juga dapat mensintesis protein dalam tubuh ibu selama masa kehamilan. Sementara protein membantu meningkatkan volume darah, pertumbuhan jaringan payudara dan uterus, juga membantu pertumbuhan jaringan janin.
“Karena itu ada baiknya para Ibu berusaha mencukupi nutrisi melalui tiga prinsip, yaitu makanlah makanan yang bervariasi, seimbang, dan cukup,” kata Damar. Bervariasi menurut Damar, adalah makanan yang jenisnya tidak sama setiap hari, sedangkan seimbang artinya makan sesuai dengan kebutuhan harian yang direkomendasikan.. “contohnya hari ini makan daging merah, besok daging ayam, besoknya lagi ikan, terus berganti,” ujarnya.
Nutrisi tambahan seperti susu dan suplemen juga sangat diperlukan. Nutrisi tambahan sangat berguna untuk mencegah terjadinya pendarahan sebelum dan sesudah melahirkan. Nutrisi tambahan juga sangat berguna untuk mencegah terjadinya preeklamsia yang menyebabkan kematian pada ibu atau janin. “Bahkan nutrisi tambahan seperti vitamin A, B complex, Zn, Fe, dan Cu dapat mencegah terjadi infeksi pada kehamilan,” kata Damar.
Selain nutrisi, usia kehamilan dan perkawinan juga menjadi salah satu bagian yang perlu dipertimbangkan. Terutama usia kehamilan jangan terlalu muda ataupun terlalu tua. “Sebaiknya cegah kehamilan di bawah umur dua puluh tahun, yah kalau terlalu muda bisa dilakukan minimal umur delapan belas, agar rentang usia kehamilan tidak terlalu lama,” ujar Asisten Utusan Khusus Presiden RI untuk MDG’s, Diah Saminarsih.
Diah juga memaparkan usia yang paling baik untuk hamil dan melahirkan adalah diantara 24-30 tahun. Umur 30-35 tahun tetap masih boleh melahirkan, namun dengan perhatian yang ekstra ketat. “Sebab usia antara 30-35 tahun tubuh perempuan berada dalam tahap mengakhiri kesuburan,” ujar Diah.
Maka, rencanakanlah kehamilan anda. Perempuan yang sehat sebelum hamil akan mengalami masa kehamilan yang mudah. Ia akan segar selama hamil, dapat melahirkan anak-anak yang sehat, serta membentuk generasi unggulan.