“Mas, mas Irfan, kalau mas sudah gak ada, aku sama siapa mas…?” demikian Dwinta, istri dari mas Irfan menangisi kepergian suaminya yang sakit kanker paru-paru. Para sahabat dan kerabat dekat Dwinta pun sibuk menghibur Dwinta yang masih tak sadarkan diri sampai 2 hari lamanya. Kematian suaminya memang merupakan kehilangan yang menyakitkan bagi Dwinta, pasangan yang baru menikah 3 tahun ini. Masih banyak mimpi-mimpi indah yang ingin dirajut olehnya dan suaminya. Masih banyak cita-cita yang harus diraih Dwinta sendirian, salah satunya membesarkan anak sendirian tanpa suami. Maka kehilangan sang suami merupakan pukulan hebat bagi Dwinta.
Kehilangan suami atau orangtua kerap dialami oleh siapa saja dan kapan saja. Biasanya kejadian ini membuat shock bagi yang mengalaminya, apalagi ditinggalkannya di usia muda atau karena kecelakaan seperti suami yang hilang karena kecelakaan pesawat yang jatuh, ayah dan ibu yang meninggal bersamaan karena mobil yang dikendarainya terbalik. Kehilangan orang yang dicintai seperti kejadian-kejadian seperti itu terasa begitu menyakitkan. Mendesak emosi yang paling dalam rasanya ingin meledak. Bila kurang iman dan jiwa lemah, maka kehilangan orang yang dicintai bisa membuat seseorang stres.
Kehilangan juga dapat terjadi pada seseorang terhadap barang yang disukainya seperti hilangnya laptop yang dialami seorang staf ketika meletakkan tas laptopnya ditempat wudhu sebuah masjid atau kehilangan blackberry ketika bangun dari tempat duduk di bus karena mungkin blackberrynya dimasukkan ke dalam saku lalu terjatuh dan sangant mungkin sudah diambil orang lain. Atau juga kehilangan uang yang diletakkan di dalam tas yang risleting atau tutupnya tidak begitu rapat. Mengalami kehilangan sesuatu memang tidak menyenangkan, hanya satu kehilangan yang menyenangkan, yaitu kehilangan hutang.
Kasus-kasus kehilangan seperti kehilangan kesempatan, kehilangan pekerjaan, kehilangan apapun sering membuat manusia berhenti sejenak dari aktivitasnya lalu panik dan segera mencoba menata sikap untuk lebih tegar. Namun sebetulnya ada satu kehilangan yang tidak disadari oleh siapapun di dunia ini, yaitu kehilangan umur, dimana hari-hari yang dijalani merupakan pengurangan umur. Kehilangan umur berarti kehilangan segalanya yang berarti kehilangan kesehatan dan kenikmatan apapun.
Mudah bagi manusia untuk menangisi kehilangan sesuatu yang nampak didepan mata. Namun tidak mudah bagi manusia untuk menangisi hari-harinya yang hilang setiap hari, terkikis sedikit demi sedikit. Bahkan lucunya banyak manusia malah merayakan dan bergembira dengan hari ulangtahun atau hari kelahirannya, padahal ketika usianya bertambah maka sebenarnya sisa umurnya yang telah ditentukan menjadi berkurang. Pada kenyataannya hilangnya umur sangat jarang ditangisi oleh kita, kita merasa lebih sedih ketika kehilangan barang atau orang. Kehilangan umur nampak tidak pernah disesali oleh kita. Baiknya hal yang mesti kita lakukan adalah intropeksi diri setiap malam menjelang tidur sebelum bangun di hari berikutnya. Kita merenung apakah umur yang sudah hilang sehari ini telah dipenuhi dengan amal-amalan yang benar dan berkualitas karena jangan sampai hari-hari kita hilang, namun amalan kita tidak bertambah. Padahal Allah sudah mengingatkan dalam Al Qur’an surat Al ‘Ashr yang berbunyi:
1. Demi masa
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(QS: Al ‘Ashr: 1-3)
Artikel keren lainnya: