TifaniAnglila.Com - Wayang adalah peran yang dimainkan oleh dalang. Dikendalikan dan dipaksa berbuat sesuai maunya dalang. Wayang yang berperan dalam sebuah pertunjukan selalu wayang yang kuat. Namun di sini, untuk menjadi wayang yang kuat, kita harus sadar akan kemampuan diri. Seberapa cepat kita harus sadar dan keluar dari tancapan tali dan duduk menjadi dalang.
Setiap orang sedang berada dalam nasibnya. Orang yang kaya tentu sudah mempersiapkan dirinya untuk kaya dengan menabung. Begitupun orang yang banyak utang, sudah membuat dirinya terikat pinjaman yang bukan miliknya dihari lalu. Semua itu bukan nasib, melainkan perilaku yang memang kita buat untuk diri kita dikemudian hari.
Nasib itu adalah keadaan kita sekarang. Lebih baik adalah hak yang kita dapatkan jika perilaku kita juga lebih baik. Peran dalam kehidupan kita adalah peran untuk membaikkan diri. Orang yang beragama harus menjadi rahmat dan hadiah bagi orang lain dan semesta alam. Perasaan Anda saat menerima hadiah pasti senang. Banyak orang yang menjadikan dirinya tidak menjadi hadiah bagi orang lain. Padahal menjadi hadiah adalah rahmat bagi orang lain. Namun hadiah yang bagaimana? Tentunya hadiah yang membawa manfaat bagi orang lain. Jangan menjadi hadiah yang dibungkus rapi di kotak besar, namun isinya hanya batu bata.
Keluar dari peran wayang
Orang yang dalam hubungannya dengan orang lain harusnya sadar, bahwa ia menjadikan orang lain sebagai cermin dirinya. Cermin yang dapat menampilkan apapun yang ditampilkannya.
Apakah maksud orang lain sejajar dengan maksud Tuhan? Tanda-tanda maksud Tuhan ada pada maksud sesama. Perilaku kita terhadap orang lain dan perilaku orang lain terhadap kita, adalah maksud Tuhan yang harus kita telaah.
Tidak ada yang permanen dalam hidup kita. Yang permanen hanyalah nama. Contohnya, jika kita tidak setuju dengan keinginan orang tua, jangan membantah dan marah-marah. Cobalah katakan “iya” dan mengangguk, tapi jalankan yang baik menurut Anda dan orang tua. Mengabdi kepada orang tua bisa membukakan ilmu yang dulu tidak kita miliki. Tuhan Maha Adil, tetapi Tuhan melebihkan keadilan kepada yang melebihkan peran. Melebihkan kemanfaatan bagi orang lain.
Apakah semua perilaku wayang sama? Tentu saja tidak. Yang membedakan perilakunya adalah dalangnya. Setiap orang memiliki cara pembawaan diri berbeda. Yang Anda sukai dari wayang, harusnya bukan wayangnya, tetapi personal style-nya. Personal style merupakan gabungan dari semua kualitas yang menjadi khusus.
Jika Anda masih muda, katakan masih di bawah 20 tahun, Anda adalah orang yang sedang membangun style. Semua yang Anda lakukan akan berkarakter dan menempel menjadi style Anda. Jika Anda orang yang pengeluh, maka Anda akan menjadi pemalas dan tidak menarik. Style itu terbentuk karena semua sikap dan perilaku kita.
Personal style selalu diberikan Tuhan kepada manusia tidak pernah sama persis. Arjuna memiliki personal style yang khusus dan berkharisma. Caba bayangkan kalau arjuna digambarkan sebagai pribadi yang preman dan mata keranjang, apakah banyak orang yang suka pada tokoh arjuna? Rasanya orang akan mencari personal style lain dari karakter lain yang bisa membuat mereka terpesona.
Metro TV, Minggu 9 Septermber 2012
Artikel keren lainnya: