TifaniAnglila.Com - Peneliti dari University of North Carolina menemukan, bahwa anak laki-laki sekarang mengalami masa pubertas cepat hingga dua tahun lebih awal. Daripada, anak laki-laki 30 tahun yang lalu.
Dilansir dari Huffingtonpost, di Afrika-Amerika, seorang anak laki-laki memasuki pubertas pada sekitar 9 tahun, sedangkan anak laki-laki kulit putih dan Hispanik memasuki pubertas pada usia 10 tahun, keduanya, ini jauh lebih awal dari apa yang dianggap normal.
Karena belum ada banyak penelitian yang menyelidiki apa penyebab perubahan pubertas usia, maka peneliti berhipotesa bahwa paparan bahan kimia, gizi, obesitas, dan Epigenetika (perubahan diwariskan dalam ekspresi gen) semua bisa menjadi penyababnya.
"Hanya karena 'rata-rata' usia pubertas untuk anak laki-laki tampaknya menjadi 9 atau 10, tergantung pada ras, itu tidak berarti perubahan awal adalah 'normal,' dalam arti menjadi sehat," jelas penulis utama studi Marcia Herman-Giddens, DrPH, profesor kesehatan ibu dan anak di University of North Carolina. Studinya diterbitkan dalam jurnal Pediatrics.
Yang menjadi perhatian segera adalah bahwa ciri-ciri fisik anak yang melampaui perkembangan otak. "Apa yang menjadi perhatian saya tentang temuan ini adalah kesenjangan antara timbulnya perkembangan fisik anak laki-laki dan kematangan otak," jelas Herman-Giddens.
"Jadi Anda memiliki anak laki-laki yang secara seksual berkembang sangat dini. Namun, mereka sama sekali tidak siap untuk menghadapi salah satu masalah yang terkait dengan masalah yang menyertainya, dan kesenjangan yang terus bertambah besar."
Pubertas dini, juga dapat mempengaruhi kesehatan puluhan tahun ke depan. Pubertas dini dapat memprediksi kesehatan masa depan dan meningkatkan risiko sindrom metabolik, obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung saat dewasa. Sebagian-tetapi tidak semua-studi melihat pubertas dini dan risiko kanker telah menemukan peningkatan risiko kanker testis.
Penelitian, sebelumnya yang menunjukkan anak perempuan akan melalui pubertas dini. Juga, yang dapat mempengaruhi citra tubuh dan meningkatkan risiko kanker payudara di masa mendatang. Bahan kimia tertentu, termasuk bahan kimia plastik dan Dichlorobenzene, pelarut yang digunakan dalam kapur barus, pembersih toilet bowl, dan pengharum udara, telah dikaitkan dengan pubertas dini pada anak perempuan.
Sementara paparan bahan kimia lingkungan-khususnya gabungan dari hormon-mengganggu bahan kimia yang ditemukan produk sehari-hari, bisa menjadi penyebab. Namun, peneliti mengatakan lebih banyak penelitian yang diperlukan.
Sementara itu, para ahli menyarankan sumber pengasuhan seharusnya mencerminkan perubahan masa puber. Hal ini untuk menginformasikan orang tua agar berbicara tentang seks sebelumnya dalam hidup.
