TifaniAnglila.Com - Saat-saat genting di tengah konflik Israel-Palestina, informasi begitu deras menghujani ruang publik. Informasi ini sebagai bentuk senjata dalam perang propaganda. Hanya ini yang bisa dilakukan massa pro-Palestina yang tidak berkesempatan berjuang langsung di medan perang yang sesungguhnya.
Namun, tidak semua informasi yang mengarah untuk membela Palestina menjadi bentuk dukungan. Sebab, kenyataan tidak pernah telanjang. Selalu ada framing dari penyampai informasi. Jika tidak hati-hati, bisa-bisa informasi yang kita dapat dan bagikan bisa menjadi boomerang.
Maka jangan kaget jika Sekjen PBB Ban Ki Moon dan Presiden AS Barack Obama lebih membela Israel. Padahal sudah jelas-jelas Israel yang melakukan kejahatan kemanusiaan paling nyata dan besar.
Pemutarbalikan fakta bukan hal yang sulit untuk dilakukan, selama dana yang digelontorkan cukup untuk menyumbat kuping-kuping para pejabat internasional. Dari sini bisa dilihat, perpolitikan internasional begitu kotor, sehingga Hak Asasi Manusia yang mereka susun mereka khianati sendiri.
Tentu keberpihakan mereka bukan tanpa alasan. Terdapat faktor ekonomi, politik, dan faktor-faktor lain yang mampu membuat mereka tega menghabisi ribuan nyawa manusia demi terpenuhinya kepentingan mereka dan kelompok yang diwakilinya. Bukan perkara mudah membuktikan hal ini. Namun, kebenaran tidak akan pernah bisa dibungkam.
Maka dari itu, orang-orang yang pro-Palestina, yang masih memegang teguh kebenaran di dalam hatinya, harusnya memiliki keyakinan penuh, bahwa hanya kebenaranlah yang akan menang. Sayangnya, tidak banyak yang memiliki keyakinan ini. Informasi-informasi yang tidak jelas sumbernya, sulit diverifikasi, dan banyak kejanggalan di sana-sini menjadi bentuk ketakutan mereka menghadapi kekuatan super power dengan berbagai alat-alat yang canggih dan mutakhir.
Banyak hacker dari berbagai belahan dunia berusaha meretas situs-situs Israel untuk melemahkan kekuatan mereka. Namun usaha ini tidak terlalu berjalan baik.
Anonymous, peretas kelas kakap pun, masih belum mampu meretas situs-situs ".il" tersebut. Memang beberapa saat dapat diretas dan diganti dengan konten dukungan terhadap Palestina. Tapi tidak lama kemudian, situs-situs tersebut kembali berjalan normal. Hanya situs pemerintah www.gov.il yang berhasil diretas dan hanya mampu memperlambat aksesnya. Jaringan internet yang sengaja dikembangkan Israel beberapa tahun terakhir mampu menghalau serangan-serangan tersebut.
Apalagi jika melihat peralatan perangnya, yang termasuk salah satu yang tercanggih di dunia. Pesawat tak berawak F-16 menjadi senjata pemusnah massal yang sangat efektif. Jelas tidak sebanding dengan roket Hamas yang hanya mengenai satu-dua tentara Israel.
Belum lagi jika senjata kimia yang digunakan. Bukan hanya jumlah korban yang semakin banyak, tapi juga dampaknya yang dapat menyebarkan berbagai penyakit mengerikan. Masih segar di ingatan, bagaimana Israel menggunakan bom fosfor putih yang meluluhlantakkan tanah Palestina.
Kemungkinan-kemungkinan untuk melawan kekejaman Israel makin tertutup. Akan tetapi, selalu ada jalan. Dan jalan itu akan terbuka jika para intelektual dan cendekiawan bersuara saling menawarkan solusi.
Palestina butuh pengamat ekonomi yang mampu menawarkan strategi menghambat perekonomian Israel. Pengamat politik internasional perlu disuarakan untuk membaca perpolitikan yang kotor itu, dan menawarkan penyelesaian agar dukungan dari berbagai belahan dunia semakin luas dan menggerakkan PBB untuk mengubah keberpihakannya.
Penggalangan dana memang perlu dilakukan. Foto-foto tentang anak-anak korban kekejaman Israel memang perlu disebarkan. Namun tidak hanya itu. Palestina perlu dukungan yang lebih nyata.
Akan tetapi, analisa akan sulit dilakukan jika informasi yang beredar banyak yang sulit dipercayai kebenarannya. Bisa saja informasi yang disampaikan seakan-akan membela Palestina, padahal informasi tersebut memperburuk citra pejuang kemerdekaan dan menguntungkan pihak Israel.
Akun media sosial dan web sangat mudah dibuat. Apalagi dengan teknologinya yang mutakhir, pihak Israel bisa saja menyamar menjadi kelompok pembela Palestina dan menyebarkan fitnah yang menyudutkan rakyat Palestina.
Maka dari itu, cerdas dalam menyikapi informasi merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Selain membuat propaganda efektif, hal ini dapat membuka kemungkinan-kemungkinan baru yang mampu memberikan solusi atas permasalahan ini. Gencatan senjata belum tentu solusi. Sebab, penjajahan masih terus dilancarkan, blokade masih dipertahankan, pembangunan permukiman Yahudi masih terus digalakkan. Namun perang terbuka juga bukan satu-satunya jalan.
Kini para intelektual dan cendekiawan yang menjadi harapan baru. Mereka jarang bersuara di media massa. Sengaja bersembunyi, atau disembunyikan, entahlah. Yang jelas, selalu ada harapan. Agar bumi menjadi tempat tumbuh dan berkembang yang baik bagi anak-anak, generasi penerus yang dapat membuat peradaban dunia lebih cerah. Tanpa kebencian, tanpa kehinaan. Hanya kedamaian.
Ahmad Syarifudin
@accousticaband
Mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya UGM
Pegiat BPPM (Badan Penerbitan Pers Mahasiswa) Balairung
dan Lembaga Dakwah Kampus Jama’ah Shalahuddin