TifaniAnglila.Com - Gede berpendapat, untuk merasa bahagia, butuh latihan dan disiplin. Caranya, dengan merasa cukup pandai bersyukur.”manusia boleh saja punya target, tetapi tak bisa menentukan sesuatu, jika sudah mampu menerima hal itu sebagai kenyataan, hidup akan tersa lebih ringan, dan anda bisa menghadapi setiap kejadian seperti air yang mengalir”uncap Gede.
Menurut Nunu, Manusia dihadapkan pada pilihan: mencari uang sebanyak-banyaknya atau mencari kebahagiaan sebanyak. ”Namun, sesungguhnya kekayaan tidak akan memberikan kebahagiaan sejati, karena semua yang mencarinya tidak akan mencarinya tidak akan menemukan ujungnya, tidak akan ada habisnya,”Lanjut Nunu.
Karena itu,”jika menginginkan kebahgiaan yang lebih kekal,carilah sumbernya dari dalam. Lewat persahabatan kehidupan, mencintai orang-orang di sekitar, dan rasa syukur yang dalam. Sebab sekaya apapun seseorang, batinnya akan tetap tersa ‘miskin’ jika tidak juga merasa kecukupan,” ujar Gede, yang berpendapat, puasa adalah salah satu cara melatih ‘rasa cukup’ untuk tubuh dan pikirannya.
“Bahagia itu gratis, tak perlu dicari, dan ada di sekitar kita. Tentunya asalkan kita mau meningkatkan kualitas bersyukur. Hidup dengan rasa syukur di hati adalah jalan pintas menuju kebahagiaan lahir batin,”ujar mas Nunu.
Manajemen Ikhlas Untuk Berbahagia
Virus affluenza tak hanya menyerang kaum berada. Jikala punya perasaan bersyukur, siapapun bisa di serang affluenza dalam bentuk yang berbeda-beda. Orang miskin pun akan di ganggu rasa tidak bahagia kalau ia selalu iri dan cemburu pada orang kaya.
Delapan puluh lima persen orang yang datang kepada saya membawa masalah ketidakbahagiaan. Pemicu ketidakbahagiaan di masyarakat modern antara lain muncul karena kita sering takut pada hal-hal yang belum terjadi, atau menuntut diri sendiri terlalu tinggi.
Salah satu cara menghindari affluenza adalah dengan menerapkan metode ikhlas. Didalam diri kita terdapat zona nafsu dan zona ikhlas. Zona nafsu adalah wilayah hati yang dipenuhi oleh berbagai keinginan namun terasa menyesakkan. Zona ini diliputi energy rendah, berisi perasaan negative, cemas takut keluh-kesah, dan amarah. Adapun Zona ikhlas adalah zona bebas hambatan yang terasa lapang di hati. Energi yang menyelimuti zona ikhlas adalah berbagai perasaan positif yang berenergi tinggi, seperti rasa syukur dan bahagia.
Ikhlas adalah keterampilan dalam berserah diri,baik harapan keinginan, maupun kekhawatiran kepada Tuhan. Hati yang tidak ikhlas harus di atasi. Jika tidak, hati akan terus menebak-nebak, ”jika punya mobil mewah, pasti hidup saya akan lengkap. Jika memiliki anak, pasti saya akan berbahagia, jika punya suami, pasti hati saya akan lebih tenang, dan seterusnya.
Ikhlas sering diartikan hannya di tujukan untuk orang-orang dalam kondisi tertentu, misalnya miskin, tengah dihantam cobaan, terpojok atau menjelang ajal. Padahal,semua orang,termasuk mereka yang sudah mapan, harus terus melatih rasa ikhlas. Karena, ikhlas merupakan kompetensi tertinggi manusia yang diberikan Tuhan.
Ikhlas juga tidak berarti kita harus melepaskan semua keinginan dalam hidup. Kita tetap bisa mengejar mimpi-mimpi kita, namun, ketika kita ikhlas, di dalam hati kita akan timbul rasa syukur, sabar, focus dan tenang, selama proses menuju sesuatu yang diinginkan. karena dalam keikhlasan, kita akan menyerahkan semua keputusan pada tuhan, meski tetap wajib berusaha. Namun dengan tetap menjaga keikhlasan kita akan mampu mengundang kemudahan hidup dengan ikhlas.
Rasa ikhlas bisa terus dipelihara, jika kita mampu menjaga diri dari beberapa hal, misalnya tidak ngotot ingin diakui dan dipuji, dan menghindari orang-orang yang dipenuhi rasa takut, marah, serta mudah mengeluh dan putus asa.
Artikel keren lainnya: