TifaniAnglila.Com - Anak yang suka berdebat bagi sebagian orang tua dianggap sebagai suatu gangguan. Namun penelitian terbaru menunjukkan fakta sebaliknya. Remaja yang suka berargumen atau berdebat dengan orang tuanya ternyata mempunyai masa depan yang cerah.
Penelitian yang dilakukan di University of Virginia, Amerika Serikat, ini menemukan bahwa para remaja yang didorong untuk mengekspresikan pendapat mereka dengan cara yang tenang dan penuh percaya diri ternyata bisa melakukan hal yang sama kepada teman-teman sebaya mereka.
Karena itu, para peneliti menyarankan orang tua untuk tidak melihat perdebatan dengan anak remaja mereka sebagai sesuatu yang harus diredam, tetapi justru menjadi ‘dasar pelatihan kritis’ bagi anak-anak mereka untuk belajar mengenai kehidupan, khususnya tentang cara untuk berbeda pendapat.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 40 persen dari mereka yang bisa mengungkapkan pendapatnya dengan baik dan percaya diri akan cenderung berkata ‘tidak’ saat mereka ditawari obat-obatan terlarang atau alkohol oleh teman-teman sebaya mereka, ketimbang mereka yang tak pernah berargumen dengan orang tuanya. Sebaliknya, para remaja yang memilih diam saat dinasihati orang tua karena menilai bahwa menjawab pernyataan orang tua adalah suatu yang tak bermanfaat, cenderung untuk menerima tawaran berbahaya dari teman sebaya.
Penelitian yang dipublikasikan di Journal Child Development ini merekam 157 anak berusia 13 tahun dalam video dengan meminta mereka mengungkapkan perdebatan sengit dengan orang tua mereka. Video ini kemudian diputar ulang di depan para orang tua dan anak-anaknya.
Menurut psikolog Joseph P. Allen, yang melakukan penelitian ini, seperti dikutip Daily Mail edisi 5 Januari 2012, “Para orang tua bereaksi dengan cara yang berbeda-beda. Sebagian dari mereka tertawa tak nyaman, sebagian membelalakkan mata, dan sebagian lain merespons dengan berkata’ OK, kita bicarakan ini’.” Remaja-remaja itu kemudian diwawancarai lagi ketika mereka berusia 15-16 tahun.
Dikatakan Allen, “Adalah para orang tua yang mengatakan bahwa mereka ingin berbicara dengan cara yang benar dan kami menemukan bahwa remaja yang belajar untuk mengatasi perbedaan pendapat dengan orang tua mereka melakukan hal yang sama dengan teman sebayanya.”
“Kami meminta orang tua untuk menganggap bahwa argumentasi bukanlah gangguan, tetapi sebagai sebuah dasar untuk pelatihan kritis,” ujar dia.
Artikel keren lainnya: