Dian Wahyu Utami yang dikenal dengan nama Dian Pelangi, mengatakan setiap hari baginya adalah fesyen. Dulu dirinya memimpikan jadi kiper tapi perjalanan hidup membuatnya jadi seorang desainer.
"Setiap hari adalah parade fesyen," kata Dian Pelangi, perancang busana muslim yang ditemui beberapa waktu lalu di Gandaria City, Jakarta. Pada usia yang baru 22 tahun, ia sudah menjadi magnet fesyen Indonesia, juga dunia, terutama Ramadan kali ini.
Ia menjadi narasumber di saluran televisi berita CNN pada 2010 lalu untuk membahas tren hijab. Bahkan, Putri Nadja Anna Zsoek dari Istana Buckeburg, Jerman, menghampirinya di belakang panggung acara hijabers gathering di Hannover, bulan lalu, untuk "meminta" koleksinya.
Dian melakukan segalanya sendiri, dari membuat desain awal, mengamati produk, sampai menggelar pergelaran busana. Ia membawa Dian Pelangi--perusahaan keluarga yang sudah berusia dua dekade--terus tumbuh secepat ide-ide yang ada di kepalanya. Lima merek dilahirkannya: Dian Pelangi Gallery, Dian Pelangi Bride, DP by Dian, Dinda Pelangi Kids, dan Dian Pelangi Basic. Harga jualnya beragam, dari Rp 50 ribu hingga Rp 10 juta.
Memasuki Ramadan, kegiatan Dian bejibun. Undangan pergelaran busana, acara bincang-bincang, dan bazar rajin menghampirinya. Ia juga ngebut menyelesaikan Ramadhan Rose, koleksi terbarunya yang terinspirasi oleh bunga-bunga musim semi yang dilihatnya di Paris tiga bulan lalu. Setelah pergelaran tunggal di Gandaria City, akhir pekan lalu, Dian akan menampilkan koleksinya lagi dalam peluncuran Galeries Lafayette, gerai busana bergengsi Prancis di Pacific Place, 17 Juli mendatang.
Meski sangat sibuk, pemilik tinggi badan 172 sentimeter ini tak pernah bermasalah dengan keluarganya. Suaminya, Tito Prasetyo, 33 tahun, adalah Manajer Pengembangan Bisnis Dian Pelangi. Walhasil, setumpuk kesibukannya tak pernah menjadi masalah. "Pekerjaan malah mempererat keluarga," kata Dian.
Artikel keren lainnya: