TifaniAnglila.Com - Perempuan kerap dianggap amat ahli dalam merancang keuangan, terutama keuangan keluarga. Tapi, berdasarkan survei yang dilakukan Financial Quotient (FinQ), pendapat itu mungkin perlu sedikit dikoreksi. Hasil FinQ tersebut memaparkan beberapa penemuan yang sangat menarik terkait dengan perilaku perempuan Indonesia dalam melakukan perencanaan keuangan mereka.
Menurut penelitian itu, 81 persen perempuan Indonesia belum disiplin membuat anggaran keuangan, 74 persen belum memiliki rencana hari tua, dan hanya 43 persen yang memiliki kesadaran penuh akan pentingnya berinvestasi.
Harsya Prasetyo, Vice President Retail Investment and Consumer Treasury Head Citi Indonesia, menyarankan agar perempuan Indonesia memiliki pemahaman yang baik dalam mengelola keuangan mereka. Apalagi, menurut data proyeksi penduduk dunia PBB pada 2010, harapan hidup perempuan Indonesia lebih lama daripada laki-laki (72,7 tahun berbanding 68,7). Artinya, perencanaan keuangan jauh lebih dibutuhkan perempuan.
Harsya melihat bahwa perempuan cenderung menggunakan pendekatan yang lebih konservatif dan berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi sehingga terkadang mereka merasa kurang percaya diri untuk memulai berinvestasi. Meskipun demikian, aspek kehati-hatian ini dapat menghindari perempuan dari keputusan investasi yang salah, seperti herding, overconfidence, dan naïve diversification.
Sementara itu, Hario Soeprobo, President Director First State Investments Indonesia, menyatakan bahwa hal pertama yang wajib dilakukan dalam berinvestasi adalah menentukan profil risiko dan tujuan investasi. Dengan memiliki pengetahuan yang baik mengenai keadaan pasar, kita dapat menentukan komposisi aset yang tepat dalam portofolio berinvestasi.
“Yang utama melakukan review portofolio secara berkala, disertai disiplin dan kesabaran dalam berinvestasi, akan membantu mewujudkan imbal hasil portofolio yang maksimal,” ujar Hario.
Sementara Ninik L Karim mengatakan meskipun perempuan sering menjadi kunci utama dalam soal keuangan, terutama bertanggung jawab dalam soal perencanaan keuangan keluarga, namun untuk urusan investasi mereka masih berpikir ulang.
Ninik, yang menjadi dosen psikologi sosial di kampus Universitas Indonesia, Depok mengamati kecenderungan perempuan Indonesia hanya sebatas mengatur keuangan, tetapi untuk urusan berinvestasi masih belum sepenuhnya. "Dasarnya mungkin perempuan percaya urusan investasi bagian orang laki, bukan mereka," ujarnya. HADRIANI P.
Artikel keren lainnya: