TifaniAnglila.Com - Bagi sebagaian besar orang, sakit adalah musibah. Namun, bagi seseorang yang mengerti tentang arti sakit, itu berarti sebuah cobaan. Ingatlah, sebuah ayat menyebutkan bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hamba-Nya. Meski secara langsung Tuhan telah mengingatkan, tetapi masih banyak orang yang tak paham akan arti satu cobaan yang diberikan.
Sore itu, rumah Wak Ali ramai. Bedanya, ramai yang tampak di depan rumahnya adalah tanda sebuah keramaian yang cukup menegangkan. Sebuah berita mengejutkan datang, Wak Ali jatuh dan stroke. Mengerti akan bahaya pembunuh nomor satu di dunia tersebut, Wak Imah bergegas membawa suaminya ke klinik terdekat. Dibantu dengan sanak keluarga, Wak Imah mengantarkan Wak Ali menuju klinik kesehatan yang terletak di ujung desa.
Singkat cerita, dari klinik desa diinformasikan bahwa Wak Ali harus dirujuk dan diopname ke rumah sakit kota. Wak Imah dan kerabat pun membantunya. Maklum, kebiasaan warga desa memang demikian. Toleransi dan rasa saling tolong menolongnya cukup tinggi. Terlebih, Wak Ali adalah seorang pemuka agama, bisa dipastikan banyak orang yang segan dengannya.
---
Ini sudah tahun ketiga Wak Ali dirawat di rumah dengan penyakit komplikasi. Sejak kepulangannya dari rumah sakit tiga tahun lalu, Wak Ali dinyatakan menderita beragam penyakit. Diabetes, kanker paru-paru, stroke, dan asam urat.
Dalam kurun waktu itulah Wak Imah tetap setia di samping Wak Ali. Ia pernah berujar, "Aku sudah renta. Tetapi aku masih sehat. Jika aku meninggalkan suamiku dalam keadaan sakit, aku akan mendapatkan apa nanti di akhirat?"
Benar, Wak Imah mengajarkan arti kesetiaan pada pasangan meski telah renta dan sakit. Hingga saat itu tiba, Wak Imah tak lagi hanya mengajarkan arti kesetiaan, tapi juga kesabaran.
Berulang kali Wak Ali mengerang kesakitan. Berulang kali pula Wak Imah harus menyabar-nyabarkan hatinya melayani suaminya. Jika boleh durhaka, Wak Imah akan meninggalkan Wak Ali dan menikah dengan seorang renta lain. Lalu hidup bahagia. Jika boleh durhaka, Wak Imah akan balas membentak Wak Ali yang mulai rewel untuk makan bahkan sholat. Namun ia selalu ingat akan pelajaran yang diajarkan suaminya dulu.
"Dalam sakit, kesabaran seseorang itu tengah diuji. Jika sabar, maka itu adalah tanda bahwa Tuhan akan memberikan derajat yang lebih tinggi padamu."
Berbicara memang mudah, namun melakukannya adalah hal yang sulit. Wak Ali siang itu marah, melempar gelas tepat mengenai wajah Wak Imah. Darah mengucur dari pelipis bercampur dengan isakan Wak Imah.
Bukannya membalas, Wak Imah justru merangkul Wak Ali dengan penuh kasih. Menangis di telapak kaki sang suami, memohon ampun jika selama ini ia kurang sabar dalam merawat.
"Maafkan aku, Bah. Aku belum sabar dan pandai merawatmu. Aku memang tak tahu rasa sakit yang kau derita. Tapi, semampuku inilah aku membantumu. Maaf jika hanya sebatas ini kemampuanku."
Mendengar penuturan sang istri, Wak Ali pun menangis, berusaha memeluk sang istri. Tak pernah dibayangkan hal tersebut dilakukan pada sang istri yang telah sabar merawatnya.
---
Manusia adalah tempat salah dan lupa. Terlebih saat mendapatkan cobaan, tak sedikit dari mereka yang justru mengeluh, mencaci, bahkan mengutuk Tuhan. Padahal, pintu menuju kelas berikutnya tengah disiapkan untuknya. Namun, kealpaan sering membuat orang yang semula sabar menjadi berlaku sebaliknya. Sahabat, kesabaran itu tak terbatas. Ingatlah, Tuhan akan selalu bersamamu jika kau selalu bersabar dalam banyak hal.
Artikel keren lainnya: