Kue warna-warni ini sedang digandrungi. Beberapa toko bakery yang menyediakan Rainbow Cake dan Red Velvet dalam menunya pun menangguk untung.
Parish Cake Shop, bahan natural
“Orang Jakarta memang cepat sekali bosan. Jadi, mereka akan terus mencari sesuatu yang berbeda,” ujar Nine Wahab, salah satu pemilik toko kue Parish Cake Shop (PCS). Kuliner bakery pun mengikuti tren, mulai dari Red Velvet Cupcake dan Red Velvet Cake, hingga Rainbow Cake yang mulai marak sekitar tiga bulan belakangan. “Red Velvet berbahan cokelat. Bagi yang tak suka cokelat bisa memilih Rainbow Cake yang memiliki citarasa buah.”
Selain rasa, daya tarik Rainbow Cake adalah tampilannya yang warna-warni mirip pelangi. Pembuatan kedua kue yang sedang naik daun ini di PCS juga ditangani secara istimewa. “Kami tidak memakai zat adiktif, bahannya semurni mungkin dan menggunakan susu rendah lemak. Gula juga tak terlalu banyak, selain karena tak bagus buat kesehatan juga agar rasa kue tak terlalu manis.”
Terlebih, lanjut Nine, pemilik PCS adalah orangtua yang memiliki anak balita. “Anak-anak kami adalah pelanggan nomor satu. Jadi, kalau kami membuat resep harus mendidik. Jangan terlalu manis karena bisa merusak kesehatan,” kata Nine yang menggunakan pewarna alami untuk kue-kuenya. “Red Velvet kami diwarnai dengan buah bit.”
Kendati begitu, tak berarti PCS mengharamkan penggunaan pewarna makanan. Untuk Rainbow Cake yang memang berwarna meriah, menggunakan kunyit, buah bit, dan pandan untuk warna kuning, merah, dan hijau. “Kami juga pakai pewarna untuk ungu atau biru, tapi porsinya tidak banyak. Pokoknya kalau dibandingkan dengan Rainbow Cake dari toko bakery lain, milik kami warnanya paling soft.”
Dalam sehari PCS bisa menjual lebih dari 10 Rainbow Cake. “Itu di luar yang memesan lewat telepon. Kalau cupcake bisa ludes sampai 200 buah per hari.” Untuk sebuah slice pelangi di atas baki ini, PCS mematok harga Rp 32.500. Sementara itu, sebuah Red Velvet Cake berdiameter 20 cm dihargai Rp 300 ribu.
Michel’s Patisserie, ludes setiap hari
Melihat peluang maraknya bisnis cake pelangi, Michel’s Patisserie (MP) tak mau ketinggalan langkah. Kedai kue dan kopi waralaba asal Australia ini ikut menambahkan Rainbow Cake dalam daftar menunya mulai bulan April lalu. Selain Rainbow Cake dan Red Velvet, “Kami juga ada Blue Velvet,” ujar Eka Adrian, Store Manager MP yang terletak di Central Park, Jakarta. Blue Velvet yang juga jadi idola ini berwarna biru tosca dengan rasa bubble gum.
Hampir setiap hari, mulai dari jam buka sekitar pukul 10.00 hingga menjelang tutup pada pukul 22.00, gerai MP selalu ramai pengunjung. Setelah penambahan tiga menu baru tadi, lanjut Eka, penjualan terdongkrak naik hingga 130 persen. Pelanggan umumnya adalah kaum pekerja, mahasiswa, dan pelajar. “Kebanyakan muda mudi berusia antara 17 hingga 25 tahunan,” ungkap Eka, senang karena gerainya juga terkenal di kalangan blogger dan di jejaring sosial.
Dalam sehari, Rainbow Cake milik MP ludes terjual sebanyak 25 sampai 30 whole tart, sedangkan Red Velvet dan Blue Velvet Cake bisa mencapai empat whole tart per hari. “Biasanya Rainbow Cake sudah habis di pukul 17.00,” ujar Eka.
Padahal, harga Rainbow Cake di kedai MP tak bisa dikatakan murah. Per potong Rainbow Cake, Red Velvet, maupun Blue Velvet Cake dibandrol Rp 25 ribu. Untuk satu whole tart, Red Velvet dibandrol paling mahal Rp 350 ribu, sedangkan Rainbow Cake Rp 285 ribu, dan Blue Velvet Cake dikenakan harga Rp 323 ribu. Jika memesan Rainbow Cake dengan bentuk kotak ukuran 30 x 30 cm, dikenakan harga khusus Rp 450 ribu. Sementara untuk ukuran 40 x 40 cm, harganya Rp 550 ribu.
Meski terbilang mahal, ternyata kue ini masih banyak diburu. “Kebanyakan yang pesan ibu-ibu. Biasanya untuk ulang tahun anak, orangtua, atau mereka sendiri,” ungkap Eka. Pesanan ini diakui Eka masih cukup tinggi, terbukti dalam sehari pihaknya bisa mengadakan pengiriman 3 hingga 6 kali. Kenyataan ini membuat MP ingin mempertahankan jumlah produksi Rainbow Cake agar tetap eksis mengikuti permintaan pembeli.
“Kendati demikian, kami juga selalu berinovasi setiap dua bulan sekali. Sekarang kami juga punya Orange Nutela dan Rainbow Cupcake,” pungkas Eka.
Union, tiga kali sehari
Ada yang berbeda dari Red Velvet milik toko kue Union yang berlokasi di pusat pertokoan Sogo, Plaza Senayan, Jakarta. Jika lazimnya kue berwarna merah ini tampil dengan topping putih polos, Red Velvet di Union justru disajikan berbalut tumbukan kacang mede. “Baru Union yang memiliki keunikan ini,” ujar Ariani Boedi Mranata, Marketing Communication Union.
Keunikan lain, Union tidak latah menyediakan Rainbow Cake yang sedang populer itu. “Karena pembuatan Rainbow Cake harus memakai pewarna makanan, makanya kami tidak menjualnya. Union memang tak mau menggunakan pewarna sintetik,” tutur Ariani sambil menambahkan, “Red Velvet kami diwarnai dengan buah bit.”
Dalam sepotong kue Red Velvet, ada empat lapis cream cheese dan tumbukan kacang mede. Menariknya, meski ditambahi tumbukan kacang, setiap lapis Red Velvet Union terasa lembut di lidah. Kelezatan inilah yang membuat Union berani mematok harga lumayan tinggi, yakni Rp 50 ribu per slice. “Kalau take away, harganya Rp 55 ribu. Sedangkan cake dengan diameter 24 x 24 cm, harganya Rp 528 ribu,” imbuh Icha dari bagian penjualan.
Union sebenarnya sudah mengeluarkan menu Red Velvet sejak Agustus 2011 lalu. Namun saat itu Red Velvet memang belum booming. “Paling sehari habis satu loyang,” katanya. Kini setelah nama Red Velvet meroket, “Sehari bisa habis 40-45 loyang. Ini belum termasuk pesanan yang masuk beberapa hari sebelumnya.”
Saking larisnya, Union sampai harus memberlakukan pembagian waktu sebanyak tiga kali dalam sehari. “Keluar pertama jam 11.00, kedua jam 16.00, dan malam jam 19.00. Itu pun semua habis. Awalnya hanya dikeluarkan jam 11.00 saja, ternyata banyak yang protes karena pas makan malam tidak kebagian.”
Deret antrian ini semakin bertambah di akhir pekan. “Sering kali antrian membludak. Karena itu, kami berencana menambah lagi jumlah pembuatan kue dalam sehari.”
Artikel keren lainnya: