Aji mempunyai dua anak balita. Karena Aji dan istrinya bekerja, mau tak mau mereka memasrahkan buah hati kepada pembantu. Namun, pasangan ini tak ingin sang pembantu sembarangan mendidik anak.
Mereka pun membekali pembantu sejumlah VCD untuk diputar, seperti VCD Baby Genius, Brainy Baby, Baby Einstein, dan Barney. VCD itu untuk anak-anak agar mereka belajar kata-kata, mengerti bentuk-bentuk, warna, lagu-lagu.
''Saya nggak ingin anak-anak belajar dari sinetron tontonan pembantu,'' ungkap Aji. Meskipun bersifat pendidikan, muatan VCD dibuat menyenangkan dengan gambar dan warna yang menarik dan lagu-lagu yang lucu sehingga disebut education entertainment alias edutainment. Tak heran bila sejak awal ditayangkan, si sulung, Mirna (4 tahun) antusias menyaksikan tayangan demi tayangan.
Dia senang meniru setiap gerakan dan menyanyikan lagu-lagu. Ketika Maya, sang ibu menguji tentang warna, angka, dan abjad, Mirna tak ragu menjawabnya. Maklumlah semua itu karena sudah biasa dilihat Mirna di VCD.Memang, bagi Mirna dan Dita (2 tahun) tiada hari tanpa menonton VCD. Sepanjang ayah bundanya bekerja, selama itu pula Mirna dan adiknya menonton VCD. Ketika makan pun sambil menonton VCD.
Sudah bisa duduk
Efektifkah membekali kecerdasan anak-anak dengan tayangan VCD?
Menurut psikolog Wita Mulyani, anak-anak balita sangat antusias menonton layar kaca. Apalagi tayangan di VCD kecerdasan, menampilkan materi dan visual yang sangat menarik. Ada aneka warna, gambar, bentuk, angka, huruf dan lagu yang sangat disukai balita. Harapan orangtua dengan menyuguhkan VCD, tentu agar anak balitanya menjadi cerdas.
Harapan itu tidak berlebihan karena tayangan itu bisa menstimulasi memori anak. Dan, anak-anak pun senang serta mau mengikuti seperti yang ditayangkan di VCD.
Sebelum menyuguhkan VCD edutainment, orangtua harus mengetahui perkembangan si anak. Dari sisi usia, Wita berpendapat, balita yang diperkenankan menonton VCD adalah sudah bisa duduk. Keterampilan motorik anak sudah baik sehingga anak bisa mencari posisi menonton yang nyaman, tidak tiduran.
Sekitar usia sembilan bulan atau setahun sudah bisa diperkenalkan menyaksikan tayangan VCD edutainment. ''Usia segitu,'' lanjut psikolog perkembangan anak ini, ''anak sudah bisa melihat jelas dan pemahamannya sudah lebih baik.''
Namun, orangtua harus memerhatikan frekuensi menonton anak. Sebab, hal ini dapat memengaruhi stimulasi perkembangan si anak. ''Orangtua jangan membiar anak-anak balita panteng (terus-menerus, red) di depan TV. Mereka harus diberi selingan kegiatan lain, yaitu bermain, bergerak, dan berinteraksi dengan yang lain,'' ujar Wita kepada Republika.
Batasi waktu
Berapa lama anak boleh menonton VCD? Wita menyebut jatah waktu menonton tayangan VCD bagi balita usia satu tahun, maksimal satu jam dalam sehari. Sedangkan usia tiga tahun hingga lima tahun maksimal menonton selama dua jam atau tiga jam dalam sehari.
''Itu pun tidak boleh nonstop selama tiga jam, harus diselingi kegiatan lain,'' katanya. Sebab, dampak menonton terus-menerus tidak baik bagi kesehatan mata, fisik, dan otak anak.
Walaupun anak menonton acara bermanfaat, Wita mengingatkan efek lain yang penting diperhitungkan. ''VCD sama seperti tayangan TV bersifat satu arah,'' ungkapnya. Dengan melihat tayangan di televisi memang anak mendapatkan sesuatu. Ttetapi reaksi itu jauh berbeda jika anak melihat langsung apa yang dilihatnya.
Seorang balita yang melihat dan mendengar suara kerincing di layar kaca akan berbeda dengan anak yang melihat secara langsung. Daya tangkap anak akan lebih kuat ketika anak melihat, mendengar dan meraba benda yang ada di hadapannya ketimbang menonton visual saja.
Yang terpenting orangtua jangan membiarkan anak-anak menonton sendirian. ''Saat menonton anak-anak harus didampingi oleh orang dewasa,'' tegas lulusan S1 dan S2 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.Tugas pendamping memberikan penjelasan dan pemahaman kepada si anak.
Ketika tayangan menampilkan bentuk segi tiga atau kata-kata dalam bahasa Inggris, anak tidak sekadar mengucapkan tapi orang dewasa ikut yang menjelaskan. Anak-anak pasti antusias dan akan konsen mendengarkan pemahaman itu. Oleh karena itu, bukan berarti setelah menyuguhi VCD kecerdasan, orangtua lepas tangan membiarkan anak menonton sendirian.
Tak selalu tertarik
Dari menyuguhkan VCD edutainment, orangtua bisa melihat perkembangan si anak. Caranya, kata Wita, ''orangtua bisa memancing menyanyikan lagu-lagu seperti yang ada di VCD.''
Lihatlah tanggapan anak. Apakah si balita hafal atau tidak? Ketika diperlihatkan warna-warna, apakah anak merespons bahwa mengetahui warna itu atau tidak?
Anak-anak yang tertarik dengan tayangan pendidikan di VCD, umumnya akan meniru sesuai informasi yang ditampilkan. ''Tapi kalau anak tidak tertarik jangan khawatir dulu,'' kata Wita, buru-buru menambahkan.Ketidaktertarikan itu, menurut dia, bukan berarti anak kurang antusias terhadap tayangan pendidikan itu. Bukan juga berarti bahwa ada keterbatasan kecerdasan si anak.
Ia melihat kemungkinan anak memiliki kecenderungan mudah beralih, sehingga tidak suka berlama-lama menonton di layar kaca. Sebab, ada juga anak yang kurang tertarik, tapi setelah sering diputar baru menyukai. Setelah menyukai, ketagihan diputarkan VCD yang lain.
Bagi anak-anak yang telanjur menikmati tayangan VCD, perkaya kecerdasan anak dengan menyuguhkan tayangan yang lebih variatif. Orangtua jangan terus-menerus menayangkan VCD yang sama karena akan bosan. Minggu ini anak bisa menonton VCD mengenai lagu-lagu, minggu berikutnya angka, huruf, warna, dan seterusnya.
Artikel keren lainnya: