Koleksi terkini busana muslim rancangan desainer anggota Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) kembali tampil di ajang Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) 2012 Kelapa Gading, Jakarta.
Busana muslim tak ketinggalan tren, terutama dalam hal warna cerah dan penggunaan materi bebatuan yang sedang digemari. Meski begitu, busana muslim dari Indonesia lebih kaya sentuhan budaya yang beragam, dari batik Cirebon, peninggalan kerajaan Majapahit di Jawa Timur, hingga tenun Kalimantan juga songket Nusa Tenggara Barat.
Empat desainer APPMI, Lia Afif (Jawa Timur), Yuyuk Nurmaisyah (Jawa Timur), Nieta Hidayani (Jakarta), Hennie Noer (Bandung) menerjemahkan ragam pilihan tren mode, dalam busana muslim yang kental dengan unsur budaya, baik dalam penggunaan bahan maupun aplikasi bahan Indonesia dalam busana muslim yang kreatif dan inovatif. Sejalan dengan tema JFFF 2012, Innofashion juga misinya dalam memasyarakatkan busana Indonesia hingga level dunia.
Menurut Ketua Umum APPMI, Taruna K Kusmayadi, busana muslim rancangan empat desainer ini tak mengacu pada satu tren tertentu. Meski begitu, lebih dari 60 set busana muslim dalam peragaan busana bertema Indonesian Culturemix, mewakili tren warna dan aplikasi batu-batuan pada busana.
Pemilihan dan perpaduan warna terang yang cerah, mendominasi pertunjukkan mode di panggung JFFF 2012 ini. Perpaduan dua hingga tiga warna dalam satu busana, memberikan pilihan yang beragam untuk pengguna busana muslim. Ragam model dan desain dihadirkan untuk memberikan lebih banyak pilihan gaya busana, memenuhi keragaman selera masyarakat Indonesia bahkan dunia.
"Ketidakseragaman dalam menerjemahkan tren mode justru baik untuk memenuhi selera individu," jelas Taruna saat jumpa pers di hotel Harris Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (22/5/2012).
Penggunaan bahan Indonesia dalam merancang busana sesuai tren terkini melahirkan inovasi dan kreativitas tanpa batas di segmen busana muslim. Satu kesatuan ide dan konsep inilah yang menyelaraskan koleksi busana muslim empat desainer. Meski begitu karakter personal masing-masing desainer tampak kuat dari setiap garis rancang dan pilihan tema yang berbeda.
Lia Afif mengangkat tema Rustling Rainbow dalam koleksi busana muslim etnik terbarunya. Warna pelangi menjadi sumber inspirasinya. Lia mengombinasikan kain tenun Lombok dalam busana kasual yang menonjolkan kesan ceria dan chic. Manik India dan bahan manipulatif seperti jaring juga digunakan Lia dalam menampilkan busana muslim untuk Anda yang berani tampil menonjol dengan warna busana cerah. Bahan sifon, sutera, kaos menjadi pilihan untuk memberikan kenyamanan berbusana. Motif garis dari kain tenun Lombok memberikan pesan kuat dari penggalian budaya dalam busana.
Lain lagi dengan Nieta Hidayani yang mengangkat budaya Kalimantan dalam koleksi busana muslim bertema Exotic Rivers of Kalimantan. Pasar apung di Banjarmasin menjadi sumber inspirasinya. Busana muslim berwarna cerah dari bahan sifon, menonjolkan gaya etnik dengan penggunaan kain sasirangan khas Kalimantan. Perpaduan tenun dan sifon tampil menawan dengan siluet asimetris dan busana yang jatuh di tubuh. Alih-alih bereksplorasi dengan detil dekoratif pada busana, Nieta memilih fokus kepada cutting demi kenyamanan berpakaian. Teknik plitz dan draperi serta penempatan cutting yang tepat membuat busana dengan perpaduan tenun Kalimantan tampak elegan.
Hennie Noer memilih untuk mengeksplorasi batik Cirebon dalam koleksi busana muslim terbarunya. Jaket batik dalam berbagai ukuran mendominasi koleksi bertema Sweetness ini. Kain batik dan bahan sifon berpadu indah, menampilkan gaun pesta dengan motif yang cenderung tak terarah ciri khas batik Cirebon. Busana muslim batik Cirebon ini mewakili kreativitas tinggi dari Hennie. Perpaduan warna, tak lebih dari tiga warna tampak serasi memberikan kesan elegan pada gaun segmen premium ini.
Yuyuk Nurmaisyah juga tampil memukau dengan koleksi busana muslim bertema Prasasti. Gapura Wringinlowang juga candi simbol peninggalan kerajaan Majapahit di wilayah Mojokerto memberikan inspirasi kepada Yuyuk dalam merancang busana muslim kental sentuhan budaya Indonesia.
Warna bata mendominasi busana muslim, namun ia juga berikan pilihan warna cerah untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya di Jawa Timur. Perpaduan warna yang serasi, tak lebih dari tiga warna dalam satu set busana, dengan bahan polos menggunakan aplikasi dan aksen khas menjadi karakter Yuyuk. Kreativitas dan inovasinya pun tak hanya memukau pecinta mode yang hadir menyaksikan pertunjukkannya. Departement store ternama di Jakarta pun terpikat karenanya.
"Koleksi terbaru ini, seluruhnya sebanyak 15 set akan ada di Pasaraya. Namun jika ada yang berminat, bisa memesan model yang sama dengan warna yang berbeda karena memang koleksi ini diciptakan untuk private order bukan produksi massal," jelas Yuyuk kepada Kompas Female.
Yuyuk merancang busana kasual yang simpel dengan konsep kuat dalam pemilihan warna, detil, juga bahan. Menggunakan bahan sifon dan kaos untuk memberikan kenyamanan, Yuyuk menampilkan peninggalan budaya dalam busana.
Gapura yang mulai rusak peninggalan zaman Majapahit, ditampilkan dalam detil busana. Yuyuk menggunakan bahan yang sama ia pakai untuk busana, dalam menciptakan detil yang dijahit pada busana, menyerupai motif garis yang membentuk seperti sketsa gapura. Detil busana rancangan Yuyuk terdapat pada busana muslim model terusan atau celana panjang, juga sebagai aksen.
Pemilihan warna juga tak main-main. Menurutnya, warna bata juga warna alam seperti oranye dan hijau kekuningan mewakili pemandangan alam di tempat asalnya. Baik detil dan warna pada busana muslim rancangan Yuyuk mewakili kekayaan alam dan budaya Indonesia, lebih khususnya Mojokerto sebagai sumber inspirasinya.
Kreativitas Yuyuk dalam mencipta busana muslim tak terbatas namun tetap mengacu pada selera kekinian dan masyarakat. Menurutnya, pelanggannya di Jawa Timur cenderung menyukai busana muslim polos dengan warna cerah, tanpa meninggalkan kesan mewah elegan. Perempuan mulai usia 30 menjadi sasaran utamanya, yakni kalangan profesional yang aktif dan melek fashion.