Hari gene masih dijodohin?
Oh My goats...kaya engga bisa nyari jodoh sendiri aja!
Hmm...ini hanyalah sebuah postingan oot yang idenya muncul gara-gara kemaren libur seharian nonton sinetron dan FTV melulu *ketahuan banget kalo sinetron-lovers*
Ceritanya, kemaren siang saya nonton FTV di sebuah stasiun TV swasta. Ceritanya seperti biasa, sinetron abis banget sangat amat deh ya. Seorang cewe manis, kaya dan pinter di jodohin sama cowo ganteng, sopan, superbaik, perfect, kaya yang diperankan oleh Darius Sinartrya.
Seperti biasa juga, awalnya si cewe ini menolak abis-abisan bahkan sampe ngerjain tuh cowo abis-abisan. Endingnya, seperti biasa lagi jatuh cinta dan menerima perjodohan.
Saya cuma mikir, kok ada cewe begok yang engga mau di jodohin sama orang kaya Darius ya? Padahal kalau dilihat dari kasat mata, kurang apa sih cowo macam Darius itu? Kelihatannya mendekati sempurna. Ya toh?
Tapi itulah letak masalahnya...kita kadang engga ngerti juga sama diri sendiri. Kenapa kita justru memilih mencintai orang lain yang menjadi pilihan kita. Bukan dijodohkan begitu.
Begini ya, kadang-kadang ortu kita tuh emang suka bersikap rada-rada mirip sinetron. Kepingin anaknya (terutama anak perempuan) pengin mendapatkan jodoh seperfect mungkin.
Macem-macem alesannya :
1. Kepingin anaknya mendapatkan jodoh yang mapan. Mapan seluncur, Mapan Tulis, Mapan Pengumuman. Katanya, biar terjamin masa depannya dan ngga harus bersusah-susah dalam menjalani hidupnya kelak. Biasanya jodoh yang idaman ortu ini adalah seseorang yang diukur dari kesejahteraan materi.
Faktanya : Gak semua kebahagian di ukur dari materi. Meski gak bisa di pungkiri, kalau untuk mencapai kebahagiaan itu juga butuh materi. Tapi kan bukan berarti kita mengabaikan keberadaan cinta? Ya toh?
2. Cinta bisa datang sendiri. Witing tresno jalaran soko kulino. Pertama enggak cinta lama-lama juga cinta. Kadang awalnya saling mencintai, lama-lama karena terkikis oleh kesulitan hidup cinta itu bisa hilang. Benar ngga sih?
Faktanya : Ideal menurut kita adalah berada disamping orang yang dicintai dan mencintai. Kalau kita hidup bergelimangan materi tapi kita tak pernah hidup bersama dengan orang yang tak dicintai, mungkin seumur hidup kita akan menyesali, betapa indahnya hidup dengan cinta. *alay, teoritis, sinetron banget*
3. Hidup tak cuma demi cinta. Cinta tanpa materi mau dikasih makan apa anak bininya?
Faktanya : Kekuatan cinta bisa memperjuangkan bersama dari awal. Senang atau susah dipikul bersama. Berjuang bersama.
4. Orang tua sudah makan asam garam kehidupan. Sudah banyak pengalaman, jadi tahu mana yang baik dan yang buruk untuk masa depan anaknya. Ingin anaknya lebih baik dari kehidupannya.
Faktanya : Setiap orang pasti pengin punya masa depan dan hari esok lebih baik dari hari ini. Tak terkecuali anak muda. Perjalanan hidup dan pengalaman membuat hidup menjadi kaya dan lebih hati-hati dalam melangkah. Kadang yang menurut orang tua baik belum tentu baik menurut anaknya.
Jadi biarkanlah kita menjalani pengalaman hidup untuk memperkaya kedewasaan kita. Bukannya orang tua menjadi tua dan dewasa serta kaya pengalaman hidup juga dari perjalanan lika-liku menempuh gagal, berhasil, patah hati, jatuh cinta dan sebagainya.
5. Tak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya. Tak ada induk harimau yang tega makan anaknya sendiri.
Faktanya : Tak ada seorang anakpun yang ingin menyakiti hati orang tua. Menolak permintaan ortu, membantah kata-kata ortu dan menimbulkan konflik dengan ortu. Tapi kita juga ingin sekali di dengarkan, dipahami dan dimengerti tentang pandangan dan keinginan.
Emang sih, kita tak selamanya benar. Tapi ortu juga tak mutlak benar kan? Bila kita punya pilihan atau pendapat lain, bukan berarti kita tidak sayang atau tidak menghormati ortu.
Kami hanya ingin di mengerti. Kalau salah diingatkan, kalau benar ya dibenarkan. Bukan sebuah pemaksaan sebuah pandangan.
Untunglah, sampai sekarang ortu saya engga pernah berusaha menjodoh-jodohkan saya dengan siapa gitu. Lagian, siapa juga yang mau di jodohin sama saya. Mungkin pada lari semua kalo tahu saya suka kumat-kumatan gini.
Yang pasti dan yang penting, dalam memilih seseorang selalulah berprinsip, " Jangan lihat orang apa adanya, tapi lihatlah orang ada apanya?" *bletaaakkk*
Sumber Artikel