Judul :
Percepatan Rezeki Dalam 40 Hari Dengan Otak Kanan
Penulis : Ippho Right Santosa
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 2011
Tebal : 140 hlm.
Kekayaan memang tidak dapat menjamin kebahagiaan di dunia. Apalagi kemiskinan... Makin nggak ngejamin! Heheee...
Si miskin yang saleh dan si kaya yang saleh, kedua-duanya baik. Tapi siapakah yang lebih bermanfaat bagi sesama? Kemungkinan besar, si kaya yang saleh!
Sebagian orang sering mengeluh, "Orang kaya satu ini kok tidak mau membantu sesama?" Ya sudah, kalau begitu kita saja yang jadi orang kayanya, sehingga kita bisa membantu sesama!
Begitulah, banyak dalih untuk menjadi muslim yang sederhana, selalu merasa cukup, atau zuhud. Tapi di buku ini, disodorkan lebih banyak lagi dalih untuk menjadi muslim yang kaya! Yep, K-A-Y-A. Salah satu warisan Nabi Saw., sahabat Nabi, dan para ulama Islam yang kudu dicontoh oleh kita-kita pengikutnya. Kalau nggak diikuti... Wah, jangan-jangan kita adalah muslim “pembangkang”!
Coba baca lagi deh, siroh nabi kita Muhammad Saw. Kalau mau dibandingkan dengan nabi yang lain, jelas banget kalau beliau lah yang paling kaya raya di antara para nabi! Pasalnya, Nabi Sulaiman kan kaya warisan, sementara Rasulullah Saw. kaya dengan usaha sendiri.
Gimana nggak dibilang kaya... Sejak 12 tahun sudah menjadi entrepreneur hingga ke luar negeri dan menikah di usia 25 dengan mahar puluhan unta muda, yang kalau dikonversikan mencapai ratusan juta rupiah. Wow! Masih adakah yang mau bilang kalau Rasul nggak kaya?
Kalau masih ngelak juga, coba buka lagi siroh sahabat. Umar bin Khattab yang mewariskan 70 ribu properti senilai triliyunan rupiah, Usman bin Affan mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar senilai triliunan rupiah, dan pedagang sukses Abdurrahman bin Auf yang hartanya tidak pernah habis walaupun terus disedekahkan besar-besaran!
Atau yang lebih kontemporer deh... Coba baca sejarah pendiri NU dan Muhammadiyah yang juga merupakan pahlawan kaya raya. Hasyim Ashari ialah ulama yang juga pengusaha kuda, besi, dan hasil pertanian. Sedangkan Ahmad Dahlan, merupakan ulama yang memiliki usaha batik dan pemilik beberapa sekolah. Nah, kalau para pendahulu kita saja mencontohkan menjadi muslim kuat dengan kekayaan, jadi apa masih ada alasan untuk kita nggak jadi muslim kaya?
Anyway, buku ini masih sama dengan buku sebelumnya, 7 Keajaiban Rezeki, yang menggunakan pendekatan otak kanan, otak percepatan, untuk menjadi muslim kaya raya. Hanya bedanya, pembahasan tentang muslim kaya justru lebih mendalam lagi di buku ini. Yakni menjadi muslim kaya yang punya banyak uang, banyak waktu luang, dan sehat fisik maupun mentang. Hheee, maksa! Maksudnya sehat fisik dan mental, gitu. Inilah yang disebut-sebut sebagai komoditas termahal bagi manusia. Dan ketiganya hanya dapat dibeli minimal dengan tiga koin keberuntungan, yakni sedekah, sholat dhuha, dan sholat tahajjud. Pun buat mereka yang udah terlanjur kaya materi tujuh turunan dan tujuh tanjakan, untuk meraih komoditas termahal, ya cuma tiga koin keberuntungan itu kuncinya!
Namun, di atas itu semua, ada satu hal lagi yang menurut penulisnya menjadi penentu dari segala penentu. Inti segala inti. Rezeki di atas rezeki yang akan menggerakkan 7 Keajaiban Rezeki! Nggak akan didapat tiga komoditas termahal tanpa satu keyakinan. Yep, yakin yang haqul yakin! Yakin akan keberadaan Allah, yakin akan kekuasaan Allah, yakin akan janji-janji ALlah, yakin dengan cara-cara yang diajarkan Allah, dan yakin bahwa segala sesuatu dari Allah adalah yang terbaik. Inilah keyakinan yang sempurna!
Kalau masih banyak yang berdalih, "Sudah sedekah, sudah tahajjud dan dhuha tiap hari, dan sudah yakin, tapi nggak kunjung kaya... Gimana, donk?" Pas banget! Ippho punya seabreg jawabannya. Kemungkinan kita belum menunaikan kewajiban berzakat, atau kita belum membayar hak orang lain, atau belum selarasnya impian kita dengan Sepasang Bidadari (baca lagi buku 7 Keajaiban Rezeki), atau tidak sempurnanya ikhtiar kita, atau kita masih belum mengerti bagaimana cara meminta kepada Allah dengan lebih baik. Inilah yang disebut penulis dengan akar serabut kerugian. Dan lagi-lagi, Ippho punya cara untuk mengatasinya!
Buku ini nggak recommended banget buat yang terus ngotot dengan prinsip muslim nggak perlu kaya! Beneran! Karena di dalamnya, penulis benar-benar mencambuk dan mencuci otak pembaca untuk menjadi muslim kaya seperti para pendahulu kita. Bukankah menjadi muslim kaya dan bersyukur lebih baik dari muslim miskin dan bersabar? Bukankah dengan menjadi muslim kaya akan lebih bermanfaat bagi sesama ketimbang muslim miskin yang untuk mencukupi kehidupannya sendiri saja susahnya minta ampun? Bukankah Quran memerintahkan kita untuk berjuang dengan harta dan jiwa? Dan masih banyak bukan-bukan lain sebagai pemberat untuk kaya!
Buat yang doyannya bicara pakai dalil, bukti, hujjah, dan kawan-kawannya, buku ini cocok banget buat kamu! Karena dalam buku ini banyak bertebaran ayat Quran, hadits, kisah para sahabat, dan pengalaman ulama tersohor, yang sepertinya sengaja dimasukkan penulis untuk semakin meyakinkan pembaca. Terutama bagi mereka yang masih banyak menolak untuk menjadi muslim kaya. Apalagi banyak juga kisah menggugah yang telah dialami langsung oleh penulis, yang disajikan dengan bahasa renyah dan mudah dicerna, dengan humor di sana-sini. Dijamin bakal bikin kuping dan hatimu panas dan nggak bisa ngelak buat nggak kaya!
Seperti telah belajar dari buku sebelumnya. Dimana judul tiap bab maupun sub bab banyak yang kurang nyambung dengan pembahasannya sehingga terkesan maksa. Di buku ini, judul yang dipilih sudah sangat unik dan sangat nyambung dengan tema yang sedang dibahas. Judul-judulnya benar-benar nampol dan bikin penasaran deh!
Cuma satu hal yang mungkin harus dipertimbangkan pembaca sebelum membaca buku terbaru Ippho. Ini merupakan buku jilid ke-dua dari buku sebelumnya (7 Keajaiban Rezeki). Di buku inilah dijelaskan panjang lebar keajaiban ke-delapan, yang belum dibahas sama sekali di buku sebelumnya dan menjadi penyempurna keajaiban rezeki kita. Hal ini mungkin akan sedikit membingungkan siapa saja yang belum membaca buku sebelumnya. So, recommended banget baca buku 7 Keajaiban Rezeki sebelum baca buku ini. Dijamin nyesel kalo nggak baca dua-duanya!.[
An./Poc]